Oleh: Antonius Andi Wasianto,SS (Penyuluh Agama Katolik Fungsional)
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih,
Injil Minggu ini diambil dari Luk 19:1-10. Mengisahkan tentang Zakheus seorang pemungut cukai yang ingin melihat Yesus. Beberapa poin penting yang saya petik dari perikop tersebut antara lain:
Pertama, ketika Yesus masih hidup dan berkarya 2000 tahun yang lalu, kondisi bangsa Yahudi sedang terpuruk dan buruk. Situasi sosial ekonomi dan politik mereka kacau balau. Kemiskinan dan penderitaan meraja lela. Mengapa? Kerena mereka sedang dijajah oleh Romawi, kekaisaran terbesar di dunia kala itu. Rakyat harus membayar pajak dan cukai kepada kaisar, yang nota bene menjajah bangsa mereka. Siapa yang bertugas menarik pajak dan cukai itu? Ya para pemungut cukai. Salah satunya adalah Zakheus itu. Dia orang Yahudi, menarik pajak dan cukai kepada orang yahudi, untuk disetorkan kepada orang yang menjajah orang Yahudi, bangsanya sendiri. Piye ra sebel. Gimana nggak dibenci. Dia jadi antheknya orang Romawi. Kalau di tempat kita ya jadi antheknya Belanda, begitulah kira-kira. Itulah sebabnya mengapa para pemungut cukai dibenci, dan diangap sebagai pendosa publik. Sudah tau itu salah, tetapi tetap dilakukan, yang penting bisa kaya. Apalagi dia seorang kepala bea dan cukai, kaya raya. Ironis…masyarakat sangat miskin, mau makan saja susah, sementara dia hidup dalam kemewahan dan foya-foya hasil mungut cukai. Pendosa publik, itulah sebutan yang pas.
Kedua, sebagai orang kaya, Zakheus tidak bermaksud mengikuti atau mengimani Yesus, tetapi hanya sekedar ingin melihat Yesus. Mungkin hanya penasaran saja. Samalah seperti ketika Pak Jokowi atau Pak Ganjar lewat, pasti banyak orang penasaran dan ingin melihat. Kalau bernasip baik ya bisa bersalaman atau selfi. Zakheus juga seperti itu. Hanya sekedar ingin melihat. Maka betapa kaget dan bahagianya Zakheus ketika Yesus berkata bahwa Ia mau bertamu ke rumahnya. Datang ke rumah orang yang tidak disukai dan dianggap sebagai pendosa. Ini luar biasa. Perhatikan baik-baik…disinilah letak nilai Perjanjian Baru itu. Suatu pola pikir baru, sikap yang baru dan cara pandang yang baru. Orang-orang yang selama ini dianggap salah dan berdosa, justru disapa dan didekati. Dan sapaan penuh kasih itulah yang pada akhirnya mengubah segalanya. Mengubah hidup Zakheus 180 derajat. Jalan menuju pertobatan terbuka lebar. Dan pertobatan itu menghasilkan keselamatan. Sekali lagi… inilah letak perjanjian baru yang diwartakan oleh Yesus, yang berbeda dengan perjanjian lama. Seorang pendosa bukan dibenci, tetapi didekati. Jadi kalau ada yang tanya; apa berbedaan PL dan PB? Jawab saja dengan kisah Zahkeus ini.
Ketiga, pertobatan selalu menghasilkan keselamatan. Ini rumus baku dalam Perjanjinan Baru. Siapa mau bertobat, ia yang akan selamat. Zakheus pun sama. Kedatangan dan sapaan kasih Yesus langsung membuatnya bertobat. Bertobat dari apa? Dari tindakan dosanya memungut cukai sehingga bisa menjadi kaya raya dan hidup mewah, sementara rakyat sengsara. Bentuk tobanya? Mengembalikan uang kepada rakyat empat kali lipat. Hebat…. Bayangkan seandainya semua koruptor dan orang-orang kaya melakukan hal yang sama seperti Zakheus. Tidak akan ada lagi orang miskin di sana. Dan itulah keselamatan. Sekali lagi…option for the poor (pilihan mendahulukan orang miskin) mejadi jalan menuju keselatan. Tuhan memberkati. (AW).