Oleh: Antonius Andi Wasianto,SS (Penyuluh Agama Katolik Fungsional)
Bapak, ibu dan saudara-saudari yang terkasih,
Injil Minggu ini diambil dari Luk 17:11-19. Mengisahkan tentang 10 orang kusta yang disembuhkan oleh Yesus, yang salah satunya adalah orang Samaria yang tahu terimakasih. Sekali lagi ada gambaran tentang orang Samaria yang baik hati, padahal orang Samaria itu dipandang negatif oleh orang Yahudi (diangap Yahudi Kw atau abangan). Lalu apa yang menarik dari perikop ini? Yuk…mari kita renungkan bersama.
Pertama, dalam konteks tempat dan waktu. Yesus sedang berjalan menuju kota Yerusalem. Ingat, ada tiga wilayah (setingkat provinsi) di Israel yaitu: Galilea, Samaria dan Yudea. Posisi Samaria ada di tengah. Maka, kalau Yesus (orang Galilea) mau ke Yerusalem (di Yudea), pasti akan melewati Samaria. Kalau Anda dari Pekalongan mau ke Semarang, pasti melewati Batang, atau dari Jogyakarta ke Semarang pasti melewati Magelang. Kira-kira seperti itu gambarannya. Galilea-Yerusalem itu 147 Km jaraknya. Yesus bersama para muridNya jalan kaki menempuh jarak itu, bukan hanya sekali, tetapi berkali-kali, bolak-balik bolak balik, Galilea-Yerusalem, Yerusalem-Galilea, Itu dilakukan selama 3 tahun semasa hidupNya. Dari sini kita melihat bahwa Yesus mewartakan Kerajaan Allah dengan cara bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Beda dengan Yohanes Pembabtis yang menetap di suatu tempat. Para murid datang pada Yohanes, sedangkan Yesus, Yesuslah yang datang dan memilih para murid. Maka Yesus pernah bersabda: Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dengan kata lain…kita ini juga adalah murid-murid pilihanNya. Hebat kan…..? Hebatlah.
Kedua, dalam konteks mukzijat. Yesus mewartakan Kerajaan Allah melalui dua cara, yakni sabda/ajaran dan karya/tindakan. Nah, mukzijat masuk dalam kategori karya atau tindakan. Ada begitu banyak mukzijat yang telah dilakukan oleh Yesus. Salah satunya bacaan injil minggu ini, 10 orang kusta disembuhkan. Lalu apa yang bisa kita renungkan dari peristiwa-peristiwa mukzijat seperti itu? Kita sering kali hanya melihat bahwa itu tanda bahwa Yesus adalah Tuhan. Yesus hebat. Yesus luar biasa. Yesus mampu melakukan apa saja. dll. Ya itu benar sih. Tidak salah. Tetapi kalau kita hanya melihat sebatas itu, maka sebetulnya kita belum bisa melihat substansi dari karya-karya mukzijat. Baru sebatas mengagumi, tetapi belum mampu menyelami. Seluruh ahli KS sepakat bahwa peristiwa mukzijat tak bisa dilepaskan dari kontkes utama yakni pewartaan Kerajaan Allah, dan kerajaan Allah itu untuk kaum miskin (baca:sabda bahagia, kotbah di bukit). Dengan mukzijat, Yesus mau menunjukkan bahwa Ia hadir, peduli dan berpihak pada kaum miskin, kecil, lemah, cacat dan tersingkir, seperti orang-orang penderita kusta itu. Oleh sebab itu, ketika kita berpihak dan melakukan tindakan kecil untuk saudara kita yg lemah, miskin dan cacat, pada dasarnya kita juga telah melakukan mukzijat untuk mereka. 1 Kg beras adalah mukzijat bagi mereka yang sedang tidak punya beras di rumah.
Ketiga, Dalam konteks iman yang menyelamatkan. Katolik setuju bahwa orang diselamatkan karena iman. Setuju banget. Tapi kurang setuju kalau dikatakan hanya iman yang bisa menyelamatkan. Mengapa? Ya karena selain iman ada juga faktor lain yang juga menjadi prasyarat untuk bisa diselamatkan, yaitu harapan dan kasih. 10 orang kusta itu menjadi tahir karena mengimani Yesus. “imanmu telah menyelamatkan engkau” (ay 19). Tetapi apakah berhenti cukup sampai di situ? Saya rasa kok tidak. Ia harus pergi untuk memberi kesaksian atas kesembuhannya, khususnya kepada para imam. Harus terus memuliakan Allah. Harus taat pada hukum Allah. Harus hidup seturut imannya, dan seterusnya. Dengan kata lain, iman itu menyelamatkan kalau diwujudnyatakan, bukan dibekukan atau dipetieskan. Tuhan memberkati. Berkah Dalem (AW).