Ungaran – Peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dari Masjid Al Haram (Makkah) ke Masjid Al Aqsha (Palestina) yang dilanjutkan dengan perjalanan naik ke Sidratul Muntaha menghadap Allah SWT merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam yang kita peringati tiap tanggal 27 Rajab. Kenapa penting, karena peristiwa tersebut menjadi bukti kenabian dan kerasulan Muhammad SAW.
Demikian ungkapan pertama disampaikan oleh Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah Kankemenag Kab.Semarang Taufiqurrahman, saat menjadi pembina apel pagi, Selasa (2/4).
Sebagaimana kita ketahui, peristiwa Isra’ Mi’raj terjadi setelah Nabi Muhammad SAW mengalami masa berduka atas wafatnya paman beliau Abu Tholib dan istri beliau Siti Khadijah, dimana keduanya merupakan pelindung, pendukung sekaligus penyemangat Nabi Muhammad SAW dalam mengemban risalah Islam.
Taufiqurrahman menjelaskan, bahwa berbagai peristiwa yang dialami oleh Nabi Muhammad saat Mi’raj ke Sidratul Muntaha sejatinya merupakan sebuah komparasi (perbandingan) antara dua hal yang saling berlawanan, yaitu antara baik dan buruk. Dengan gambaran kejadian-kejadian tersebut, sudah barang tentu kita selaku umat Islam mempercayai dan berupaya mengambil hikmah dari kejadian-kejadian yang diperlihatkan.
“Banyak sekali kejadian, dimana ada pilihan untuk meminum susu dan arak, yang kemudian Nabi Muhammad SAW memilih menimum susu. Ada orang yang menjulurkan lidahnya yang panjang lalu dipotongnya dengan tangannya sendiri. Ada pula orang yang panen terus menerus yang tidak ada habisnya. Semuanya itu tak lainsebagai gambaran komparasi antara berbuat baik berikut pahalanya, serta berbuat buruk berikut balasannya,” terangnya.
Selanjutnya membahas mengenai perintah sholat yang merupakan oleh-oleh utama dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Taufiqurrahman menjelaskan bahwa ibadah sholat merupakan satu-satunya kewajiban umat Islam yang amar-nya diturunkan langsung oleh Allah SWT. Itu artinya, sholat mempunyai kedudukan paling tinggi bila dibandingkan dengan ibadah-ibadah yang lainnya.
“Dengan kedudukannya ini, itu artinya bahwa sholat merupakan tiang agama, yang mana keislaman seseorang akan runtuh bila tidak mendirikannya. Di samping itu, sholat juga menjadi pembeda antara umat Islam dan kaum kafirin yang nanti akan dimintai pertanggungjawaban pertama kali oleh Allah SWT,” lanjutnya.
Di akhir sambutan, Taufiqurrahman mengajak kepada segenap peserta apel khusunya bagi yang muslim, untuk menjadikan Isra’ Mi’raj sebagai momentum evaluasi diri terkait ibadah sholat yang kita lakukan.
“Pertanyaanya, sudahkan sholat yang kita lakukan selama ini sesuai dengan tuntunan dan sunnah Rasulullah SAW?. Sudah betulkah bacaan dan gerakannya?. Dan yang terpenting, sudahkah berdampak pada perilaku keseharian kita?”, pungkasnya. shl