Susukan (10/2/2017), Drs. H. Subadi, M.SI memberikan analogi bahwa sebuah organisasi atau instansi ibarat satu unit sepeda onthel yang merupakan satu kesatuan tidak terpisahkan antara satu dengan yang lain sehingga semua stake holder harus bersinergi dalam menggapai visi dan misi yang telah ditetapkan. Hal tersebut beliau sampaikan di hadapan para guru, pegawai, dan Komite MIN Timpik pada Jumat (10/2/2017). Beliau menjelaskan bahwa sekecil apapun komponen mempunyai kontribusi yang – jika dihilangkan – akan menimbulkan ketidaksempurnaan fungsi.
Beliau menambahkan, madrasah harus mengedepankan image yang baik dengan cara memberikan pelayanan prima sehingga hal tersebut otomatis merupakan “iklan” di masyarakat. Hal tersebut ditekankan sebab berbeda dengan era generasinya, siswa sekarang sangat peka terhadap perlakuan (baca : kekerasan) guru. “Dulu sudah merupakan hal lumrah jika pulang sekolah kaki bengkak (Jawa : prempul) dan mereka tidak berani lapor terhadap orangtua sebab jika mengadu malah akan ditambah.”
“Kita tidak dapat menyalahkan perkembangan teknologi yang berimbas pada media permainan anak (smartphone, ipad, internet, dan sebagainya), sebab hal tersebut merupakan perkembangan jaman,” paparnya. Beliau berpesan agar segenap guru selalu berusaha mengedepankan inovasi (penemuan) baru dalam proses pembelajaran.
Pada kesempatan yang sama, Kasi Dikmad (Drs. H. Muhtadi, M.Pd) memberi penjelasan singkat tentang sejarah berdirinya MIN Timpik. Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Komite MIN Timpik (KH. Hasyim Mustaqim) sebagai salah satu The Founding Father. Beliau juga menerangkan, di tahun 1950 berdiri Sekolah Arab (sekarang : TPQ) selama kurang lebih 5 tahun kemudian menjadi MI di bawah naungan Yayasan Sudirman (1960) dan di tahun 1996 berubah status menjadi MIN.
Kasi Dikmad juga menekankan pada para guru untuk menambahkan mindset berupa peningkatan kualitas siswa sebab secara kuantitas siswa MIN Timpik sudah menggembirakan. H. Muhtadi mencontohkan mengenai kelebihan Kepala Madrasah yang notabene seorang qari’ sehingga diharapkan dapat “mewariskan” ilmu tersebut kepada para siswa. Beliau menekankan untuk selalu memanfaatkan apapun potensi yang ada sehingga hal tersebut menjadi pemikat masyarakat untuk menyekolahkan anak ke madrasah. Di samping itu, beliau juga menyampaikan harapan agar sebelum proses KBM, siswa dibiasakan untuk menghafal surat-surat pendek dan sebagainya.
Acara ditutup dengan doa dari Ketua Komite MIN Timpik dengan harapan semoga MIN Timpik dapat meningkat baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga menjadi obor madrasah di Kecamatan Susukan khususnya dan Kabupaten Semarang pada umumnya (Peliput : M. Zubaedi, S.Ag)