Oleh: Eriyani Mendrofa,M.Th (Penyuluh Agama Kristen Non PNS)
Pendahuluan
Saya melihat seorang teman saya membeli pakaian bekas layak pakai dengan harga Rp.3000/Kg untuk dijual kembali dengan harga yang cukup murah. Saya perhatikan pakaian itu adalah baju-baju yang dulunya berharga, dipajang menawan pada manekin patung untuk menarik perhatian para pengunjung butik. Lalu dibeli oleh para pelanggan dan beberapa waktu kemudian pakaian itupun menjadi usang. Ada yang sobek, lepas jahitan, terkena noda, ada juga yang kendor. Siapa sangka kalau baju yang dulunya dicintai oleh pemiliknya sekarang telah berubah jadi isi gudang. Jika tidak dijual mungkin juga dibuang atau dibakar. Demikianlah pakaian itu hanya berguna dan berharga selama masih berguna bagi pemiliknya.
Bangsa Israel memiliki hak istimewa di antara bangsa-bangsa lain dengan status sebagai umat pilihan Allah. Label itu menyatu dengan kewajiban memelihara kesetiaan kepada Tuhan yang ditandai kepatuhan pada otoritas-Nya. Kesetiaan kepada Tuhan merupakan sikap yang paling direkomendasikan Alkitab untuk mempertahankan jati diri sebagai umat. Israel tidak dapat bertahan dari godaan menyembah berhala dan memilih jalan pintas. Hal ini telah menyakiti hati Tuhan dan akibatnya Allah menghukum bangsa Israel melalui lawan politiknya. Satu hal yang menjadi pergumulan sepanjang sejarah adalah masalah kesetiaan Israel yang sering berubah.
Perpalingan bangsa ini dari Tuhan telah menciderai hak istimewanya sebagai umat pilihan Allah. Dulunya terpandang dan terhormat, namun kini menjadi terhinakan karena pemberontakan. Ikat pinggang nabi Yeremia yang sudah menjadi lapuk merupakan tindakan simbolis yang mencerminkan kondisi bangsa Israel setelah terlepas dari Tuhan. Makna sejati dari takhta, kenyamanan, kehormatan, dan kemenangan sepenuhnya terdapat dalam hubungan yang erat dengan Tuhan. Memilih untuk menjauh dari Tuhan dapat disamakan dengan keputusan menutup akses berkat-Nya.
Para nabi mempunyai peranan sentral dalam menyuarakan kehendak dan anugerah Allah bagi bangsa Israel, terutama yang berkaitan dengan kovenan di era Abraham. Nubuat dalam Perjanjian Lama kebanyakan hanya berguna bagi penerima pertama. Namun, nubuat ini tetap menjadi sebuah pesan yang relevan di masa kini dengan memperhatikan relasi antara Allah dengan manusia. Etika hidup yang berlaku bagi umat di zaman Perjanjian Lama secara normatif juga berlaku pada orang orang percaya masa kini.
Keyakinan yang mendorong Yeremia menyampaikan pesan kenabian merupakan penglihatan yang didapatkan langsung dari Allah. Sintesa materi yang disajikan dalam kitab agaknya lebih mudah dimengerti dengan meninjau sudut teologis daripada kronologi sejarah. Pada dasarnya kitab Yeremia tidak mudah dianalisa sebab narasi yang dituturkan tidak urut.
Yeremia diutus melayani selama kurang lebih 40 tahun dalam masa kegelapan bangsa Israel. Kitab Yeremia menggambarkan bagaimana seorang nabi bergumul melayani Allah di tengah-tengah bangsa yang tidak percaya. Integritas dan kekudusan hidup nabi Yeremia menjadi petunjuk bagi pembaca akan totalitas pelayanan yang dilakukan. Kitab Yeremia merupakan catatan nubuat dan juga perjalanan pelayanan nabi yang bergumul antara umat dan Tuhan. Sebagai seorang nabi, Yeremia tentu hanya menyampaikan apa yang diterima dari Tuhan tanpa menambah atau menguranginya. Namun, peringatan akan penghukuman tersebut direspon dengan penolakan dan pengabaian oleh bangsa Israel.
Inti Nubuat Nabi Yeremia
Secara umum Yeremia menyampaikan topik besar yaitu dakwaan Allah terhadap umat-Nya (pasal 5-9), peringatan akan penghukuman dalam nuansa politik (pembuangan, penghancuran), petunjuk dalam menghadapi situasi tersebut dengan mengingat perjanjian antara Allah dengan Israel, dan nubuatan akibat dari penghukuman yang dititikberatkan pada restorasi Israel. Apabila diringkaskan dalam pernyataan sederhana maka tema utama dari kitab ini berupa penghukuman dan pemulihan. Penghukuman diutarakan agar bangsa Israel bertobat dan kembali ke jalan yang benar. Pemulihan merupakan tindakan pembaharuan yang diprakarsai oleh Allah sendiri. Namun, hal ini tidak mudah bagi bangsa yang dijuluki tegar tengkuk tersebut karena kedegilan hati yang telah mendahului setiap tindakan. Yeremia melakukan pelayanan sebelum dan hingga masa pembuangan. Dalam situasi yang mencekam di pembuangan, Yeremia menyampaikan pesan-pesan pengharapan agar bangsa itu tidak putus asa.
Tindakan Simbolis
Banyak perdebatan yang meliputi penafsiran ikat pinggang menjadi lapuk apakah benar-benar nyata atau sekedar perumpamaan dalam bentuk cerita. Bergant dan Karris menyimpulkan bahwa sesungguhnya yang terpenting dalam perumpamaan ini adalah pokok utama dan pesan yang ingin Tuhan sampaikan. Para nabi Perjanjian Lama menyampaikan pesan Allah dengan perkataan. Namun berbeda dengan Yeremia yang dalam pelayanannya juga memakai tindakan simbolis. Salah satu ayat yang merujuk pada tindakan simbolis adalah Yeremia mengenakan gandar dalam Yer. 27:2 dan kemudian baru diambil oleh nabi Hanaya di pasal 28:10.
Tindakan simbolis juga terdapat dalam Perumpamaan Yesus dalam Perjanjian Baru. Perumpamaan yang diajarkan Yesus kebanyakan memiliki corak sastra dalam bentuk cerita (orang samaria yang baik hati) maupun tindakan langsung (membasuh kaki murid).
Uraian pemberitaan nabi mengenai ikat pinggang yang lapuk berhubungan erat dengan penghancuran yang akan diterima oleh bangsa Israel. Pada Yeremia 13:1-11 dapat diuraikan sebagai berikut:
- Nabi membeli ikat pinggang lenan seperti diperintahkan Tuhan dan memakainya (1-2)
- Menyembunyikan ke sungai Efrat, di celah-celah batu (4-5)
- Setelah beberapa waktu sang nabi mengambilnya kembali dan menemukan ikat pinggang tersebut telah menjadi lapuk dan tidak berguna lagi (6-7)
- Tuhan memberitahukan maknanya: hubungan antara Allah dengan Israel bagaikan nabi dengan ikat pinggangnya.
Makna Ikat Pinggang Menjadi Lapuk
Ikat pinggang pada umumnya berbahan materi kulit kasar seperti yang dikenakan oleh nabi Elia (2 Raj. 1:8). Namun dalam hal ini Allah menyuruh membeli ikat pinggang lenan yang terbuat dari tanaman rami yang ditenun menjadi halus dan berharga mahal (Hak.14:12-13). Lenan banyak digunakan dalam membuat tabir bait suci (Kel. 26:31).
Secara ekonomis, lenan lebih berharga daripada kulit di masa itu mengingat teknologi yang memproduksi tenun belum sebaik masa kini. Selain berfungsi menahan jubah saat beraktivitas, kelihatannya ikat pinggang juga merupakan bagian dari fashion yang bertujuan memperindah tubuh sehingga kerap kali mendapat pujian dari orang yang melihatnya. Lenan yang berharga menggambarkan bangsa Israel selama menjadi umat yang bergantung pada Allah dan memelihara kesetiaan. Bagaikan ikat pinggang yang berharga dan melekat pada pemiliknya, Israel merupakan asset milik Tuhan yang ternama, terpuji dan terhormat (Yer.13:11).
Penekanan makna pada ikat pinggang menjadi lapuk terkunci dalam kedekatan ikat pinggang tersebut pada tubuh pemiliknya. Bergant mengusulkan agar keintiman yang digambarkan dalam hal ini kiranya menjadi standar kedekatan manusia dengan Tuhan. Umat Tuhan yang selalu menjaga kesetiaan kepada Tuhan akan menjadi harta kesayangan Tuhan yang diprioritaskan, dihargai, dan diberi kasih karunia.
Namun, menjauh dari Tuhan merupakan tindakan yang merugikan diri sendiri, merusak status serta menghilangkan hak-hak yang seharusnya diterima sebagai orang percaya. Hal ini digambarkan dalam adegan penyembunyian ikat pinggang di celah batu Sungai Eufrat. Ini adalah nubuat akan penghukuman Israel karena memilih untuk tidak patuh kepada Tuhan. Tuhan selalu menghukum dosa, namun dalam kebaikan-Nya, Dia juga memberitahukan apa yang akan Dia lakukan. Dalam kisah-kisah perjalanan iman bangsa Israel, Allah memberitahukan pelanggaran, menyatakan hukuman, dan memberikan pemulihan.
Makna Normatif
Ikat pinggang lenan memberikan suatu pelajaran lewat perumpamaan bahwa bangsa yang tidak setia akan mengalami penghukuman dari Tuhan. Walaupun Israel dan Yehuda merupakan ikat pinggang lenan yang sebelumnya dikenakan Tuhan, namun penghukuman pun tidak dapat terhindarkan saat mereka berubah tak setia. Hal ini mendeskripsikan bagaimana hubungan kepada Allah mempengaruhi kehidupan kualitas seseorang. Saat dekat dengan Tuhan seseorang semakin menemui kebaikan yang tak terduga, perjalanan yang diberkati, dan usaha yang dikenan oleh Allah. Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia (Roma 8:28). Secara ringkas dapat dikatakan bahwa jika ingin hidup diberkati maka dekatkanlah dirimu pada Sang Sumber kehidupan.
Orang percaya masa kini memiliki kemiripan dengan bangsa Israel dalam hubungan dengan Tuhan.
Ikat pinggang lenan yang lapuk mengajarkan tentang makna kesetiaan dan keberartian hidup orang percaya sepenuhnya terletak dalam hubungan intim dengan Tuhan. Orang percaya hanya akan berguna selama hidup dan hasratnya tertuju pada Tuhan.
Penerapan di masa kini
Melekat dengan Tuhan merupakan kiasan keintiman yang dibangun lewat doa dan ibadah. Orang percaya hanya akan berguna selama berada dalam koridor yang ditetapkan oleh Tuhan. Kelayakan itu diatur oleh Tuhan dengan menilai tingkat kerohanian seseorang yang terus diupayakan setiap hari. Syarat utama agar Allah terus memakai seseorang adalah hubungan dengan Tuhan. Tindakan membangun komunikasi kepada Tuhan dapat terus dibaharui dengan menyediakan waktu-waktu khusus berbincang-bincang dengan Tuhan lewat doa dan perenungan firman Tuhan. Hal ini akan mencegah perbuatan maksiat yang kemungkinan dapat datang kapan saja apabila hati tidak dikendalikan oleh pengekang yang suci. Dengan demikian, kehormatan dan kegunaan hidup manusia secara mutlak hanya bernilai saat berada dalam pimpinan Tuhan. Baik itu pelayanan, keluarga, maupun pekerjaan, dan relasi sosial yang dibangun sedemikian rupa, menjadi tidak berguna sama sekali apabila motifnya tidak untuk menghormati Tuhan.
Kesimpulan
Ikat Pinggang yang menjadi lapuk menjadi sebuah pelajaran berharga bagi umat Kristen. Seperti halnya bangsa Israel hanya berguna dan terpuji saat melekat dengan Tuhan, demikian juga orang percaya di masa kini. Kualitas kehidupan rohani dan jasmani manusia sesungguhnya bergantung pada tingkat pemaknaan manusia terhadap hubungan pribadi dengan Allah. Mendengar perkataan Tuhan, tidak mengikuti kedegilan hati, setia beribadah hanya kepada Tuhan merupakan sikap kesetiaan yang dikehendaki Tuhan.
Referensi
Bergant, Dianne, and Robert J. Karris. Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Browning, W.R.F. Kamus Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2015.
Enns, Paul. The Moody Handbook of Theology 1. Malang: SAAT, 2016.
Hayes, John H., and Carl R. Holladay. Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakart: BPK Gunung Mulia, 2017.
Hill, Andrew E., and John H. Walton. Survey Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 2018.
Sitorus, Herowati. “Refleksi Teologis Kitab Yeremia Tentang Pesan Sang Nabi Bagi Orang-Orang Buangan.” Jurnal Teologi Dan Pendidikan Kristen Kontekstual, 2018.
Zaluchu, Sonny Eli. Biblical Theology. Semarang: Golden Gate Publishing, 2011.
———. Sistematika Dan Analisis Data Riset Kuantitatif. Semarang: Golden Gate Publishing, 2018.