Ungaran – Sebagai seorang pendidik, guru agama juga berperan penting dalam menciptakan kerukunan beragama di lingkungan sekolah maupun di masyarakat. Hal ini karena kerukunan tidak bisa datang dan tercipta dengan sendirinya tanpa ada usaha dan kerja keras bersama untuk menciptakan, menjaga dan memeliharanya.
Demikian disampaikan Kakankemenag Kab.Semarang Muhdi saat menjadi pemateri kegiatan peningkatan kompetensi dan wawasan guru agama Katolik se-Kab.Semarang di The Wujil Resort and Conventions, Rabu (11/7) siang.
Menurut Muhdi, guru agama Katolik sebagai sebuah profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam bidang pendidikan dan pengajaran agama Katholik, juga harus mengajarkan sikap toleransi yang kuat kepada peserta didiknya, agar terjalin sinergi antar elemen sekolah dan masyarakat.
“Yang namanya perbedaan itu pasti ada dimanapun dan kapanpun. Karenanya, dengan berupaya mendalami perbedaan karakter siswa, seorang guru akan bisa melayani siswanya dengan pembelajaran yang sesuai dengan karakter masing-masing,” ungkapnya.
Selanjutnya terkait beberapa jenis kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru agama Katolik, Muhdi menjelaskan bahwa setidaknya ada empat kompetensi dasar yang mutlak harus dimiliki oleh guru agama Katolik meliputi kompetensi profesional, kompetensi personal, kompetensi sosial dan kompetensi spiritual.
Kompetensi profesional artinya, seorang guru agama Katolik harus memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang akan diajarkan, serta memiliki konsep teoritis dan mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya yang dimaksud kompetensi personal adalah sikap dan kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi bagi subjek, yang dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas untuk diteladani.
Adapun kompetensi sosial berarti bahwa seorang guru agama Katolik harus mampu menunjukkan dan berinteraksi sosial dengan murid-muridnya, sesama guru dan kepala sekolah serta masyarakat luas dengan baik.
Sementara untuk kompetensi spiritual, diartikan bahwa seorang guru agama Katolik dipandang sebagai guru ruhani yang harus mampu membimbing dan mendampingi peserta didik dalam kaitanya dengan masalah ketuhanan.
“Intinya, sebagai seorang guru kita harus up to date dalam berbagai hal, termasuk dalam upaya membina kerukunan beragama di lingkungan sekolah masing-masing,” pungkasnya. shl